LayarBerita, Aceh Utara – Pada awal tahun 2022, banjir melanda sejumlah wilayah di Kabupaten Aceh Utara. Bencana hidrometeorologi yang sudah menjadi langganan setiap tahunnya ini berdampak kepada ribuan anak usia sekolah. Hal ini lantaran banjir merendam sekolah di 113 desa dari 15 kecamatan di Aceh Utara.

Bukan itu saja, bencana banjir yang terjadi juga menyebabkan 3 orang meninggal dunia akibat terseret arus, 2 diantaranya adalah anak-anak.  Selain itu, sebanyak 32 ribu warga terpaksa mengungsi karena areal pemukiman terendam banjir. Termasuk membuat Ibukota Aceh Utara yakni Kota Lhoksukon lumpuh total akibat bencana alam tersebut.

Dampak banjir yang merendam 15 kecamatan dari 27 kecamatan di Kabupaten Aceh Utara ini, membuat pemerintah setempat menetapkan status tanggap darurat bencana alam banjir, yang berlangsung selama 14 hari terhitung sejak tanggal 2 hingga 15 Januari 2022.

Baru saja masyarakat merasa nyaman usai banjir melanda, namun 9 bulan kemudian tepatnya tanggal 6 Oktober 2022, banjir kembali melanda Kabupaten Aceh Utara. Menurut laporan, Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA), banjir disebabkan oleh curah hujan yang sangat tinggi di hulu sungai dalam dua hari terakhir dan jebolnya tanggul sungai.

Dampaknya, 12 kecamatan di Aceh Utara kembali terendam banjir serta 35 ribu warga mengungsi.  Bahkan pemerintah setempat kembali menetapkan status darurat banjir selama 14 hari ke depan. Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Aceh Utara menyatakan, sepanjang tahun 2022 banjir berdampak terjadi 5 kali di Aceh Utara, yang menyebabkan kerugian mencapai Rp485,3 miliar lebih.

Banjir musiman yang terjadi di Kabupaten Aceh Utara terjadi sejak lama, bahkan anak telah menjadi korban, muasal sebab intensitas hujan yang tinggi hingga meluapnya sungai dan kerusakan tanggul. Namun, seperti yang kita ketahui bukan hanya curah hujan yang tinggi yang menjadi penyebab banjir.

Menurut Data Yayasan Hutan Alam dan Lingkungan [HAkA] Aceh, dari hasil pemantauan dan analisis citra satelit, sejak Juni 2020 hingga Juli 2021, Aceh kehilangan tutupan hutan sebesar 19.443 hektar. Sebanyak 21 kabupaten/kota kehilangan hutan, hal ini akibat pembalakan liar, perambahan, dan alih fungsi.

Sementara itu, guna mencari solusi mengurangi dampak banjir di Kabupaten Aceh Utara dan sekitarnya, Pemerintah membangun sebuah bendungan yang mulai dikerjakan sejak tahun 2015. Bendungan Keureuto yang merupakan Proyek Strategis Nasional (PSN) berkapasitas tampung 215,94 juta per meter kubik serta memiliki tampungan khusus banjir sekitar 30,39 juta meter kubik ini, belum rampung dan ditargetkan selesai pada akhir 2023.  [teks/foto: Reza]

*Note: Tulisan di atas untuk diikutkan dalam lomba*

Tinggalkan Balasan